Liputan6.com, Jakarta - Surabaya, Jawa Timur termasuk salah satu kota metropolitan yang memiliki wisata kota menarik. Di Kota Pahlawan ini, berbagai wisata bisa Anda lakukan mulai dari wisata kuliner, sejarah, religi, alam, dan sebagainya.
Terdapat sejumlah tempat yang dikunjungi mulai dari taman, museum, tempat ibadah, kawasan kota tua, pasar dan sebagainya. Nah, bila Anda bosan jalan-jalan saat pagi hingga sore hari, bisa juga mencoba wisata malam hari. Apalagi bila Anda ingin uji nyali untuk mengunjungi tempat wisata yang termasuk urban legend. Siapa tahu Anda dapat menangkap aspek supranatural objek.
Budayawan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Kukuh Yudha Karnanta pun memberikan pilihan tempat wisata bagi Anda yang ingin mencoba wisata malam di Surabaya, Jawa Timur. Pilihan tempat untuk wisata malam antara lain Museum Kesehatan, Jalan Karet dan Gula, Rumah Hantu Darmo, Makam Peneleh, dan eks Pasar Turi yang terbakar.
Liputan6.com pun merangkum ulasan mengenai tempat tersebut yang dapat Anda kunjungi jika ingin wisata malam, seperti dikutip dari berbagai sumber:
1.Museum Kesehatan
Museum ini memiliki nama lengkap Museum Kesehatan Dr Adhyatma Depkes RI. Museum ini dibangun oleh Menteri Kesehatan RI Dr J Leimena pada 20 November 1950, dan diresmikan pada Oktober 1953.
Sebelumnya bangunan museum ini merupakan rumah sakit kelamin. Saat itu, Dr J.Leimena menugaskan Prof Dr Sutopo, ahli penyakit kulit dan kelamin meneliti penyakit kulit dan pemberantasan penyakit kelamin.
Pada 16 Desember 2003, gedung museum kesehatan ini ditetapkan sebagai Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan pada 2000-2005. Museum pun berganti nama menjadi Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH.
Menteri Kesehatan Ahmad Sujudi meresmikan pada 14 September 2004. Museum ini termasuk salah satu yang unik di Surabaya. Masyarakat setempat juga menyebut sebagai museum santet.
Museum ini memiliki tiga sasana untuk pengunjung. Pertama, sasana kesehatan dan pendidikan. Kemudian sasana kebudayaan, sasana kesehatan reproduksi dan museum luar.
Di museum ini, Anda dapat menemui boneka jelangkung yang dikenal sebagai permainan mistik yang salah satunya untuk mendiagnosa penyakit dan pengobatan. Boneka ini harus dipegang oleh dua anak yang masih suci dan dipandu seorang pawing. Sedangkan boneka Nini Towok yang permainannya harus dengan ritual memiliki tujuan menjaga keselamatan desa dan menolak bala. Yang memainkan Nini Towok harus orang yang sudah tua. Selain itu, ada juga dokumentasi upaya masyarakat yang awam penanganan medis untuk menangani penderita kelainan mental dengan cara dipasung.
Ada juga replika buah pisang, jeruk, tomat, semangka, jambu monyet, terong, nasi dan air putih yang ditaruh dalam kotak kaca yang bertuliskan puasa kejawen.
Selain dua gedung yang menyimpan peralatan dan sarana pengobatan tradisional dan modern, ada satu ruangan yang tertutup rapat dan terkunci. Di bagian pintunya ada tulisan “dunia lain”.
Museum kesehatan ini tutup pada Jumat, Sabtu dan Minggu. Museum ini buka dari pukul 09.00 hingga sekitar pukul 16.00-17.00 WIB. Bagi Anda yang tertarik, Anda bisa kunjungi museum ini Jalan Indrapura Nomor 17.
Jalan Karet
2. Jalan Karet dan Gula
Jalan karet dan gula termasuk jalan terkenal di Surabaya, Jawa Timur. Jalan ini berada di kawasan kota tua di Surabaya.
Jalan Karet menjadi salah satu saksi bisu perkembangan Surabaya. Jalan tersebut juga dikenal dengan sebutan Chinesevorstraat. Jalan Karet semakin berkembang ketika Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) menguasai Surabaya sekitar 1740-an.
Lantaran sebagai salah satu wilayah perdagangan, perusahaan Belanda mendirikan bangunan di sekitaran Jalan Karet. Salah satu perusahaan Belanda yang termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu perusahaan dagang Belanda Nederlansche Handels Maatschappij (NHM) mendirikan bangunan di Jalan Karet.
Di jalan ini juga terdapat rumah abu dari tiga keluarga yaitu Rumah Abu Han, Rumah Abu The, dan Rumah Abu Tjoa. Salah satu terkenal yaitu Rumah Abu Han.
Sementara itu, Jalan Gula merupakan sebuah gang sempit yang letaknya di antara bangunan-bangunan tua. Namun, hal itu tidak menyurutkan keinginan penduduk setempat untuk mengunjungi Jalan Gula. Di sekitar Jalan Gula terdapat bangunan tua memiliki arsitektur kuno Belanda dan tidak terawat. Di jalan ini juga menunjukkan suasana terkesan tua, usang dan klasik.
3. Rumah Hantu Darmo
Rumah hantu Darmo merupakan rumah mewah berlantai tiga yang berlokasi di Jalan Puncak Permai II Nomor 26, Sukomanunggal, Surabaya.
Dikabarkan, rumah ini adalah rumah hasil pesugihan. Dahulu, keluarga yang menempati rumah itu, mendapatkan kekayaannya dengan syarat memberikan tumbal dan sesajen.
Suatu saat, keluarga itu tidak ingin memberikan tumbal dan sesajen lagi. Mereka kemudian melarikan diri melalui laut, tetapi sayang kapal tenggelam dan membuat satu keluarga meninggal. Selain itu, kedua penjaga rumah itu tewas terbunuh dan kasusnya tidak pernah terungkap.
Makam Peneleh
4. Makam Peneleh
Melansir informasi dari akun Instagram @lovesuroboyo, De Begraafplaats Soerabaia atau Makam Belanda di Peneleh Surabaya adalah komplek pemakaman diera Kolonial Belanda. Lokasi makam ini ada di pusat kota, kurang lebih 100 meter dari tepi Sungai Kalimas. Makam tersebut adalah tempat peristirahatan terakhir bagi para pejabat Hindia Belanda.
Luas area makam ini mencapai 4,5 hektar. Ada sekitar 15 ribu jenazah yang dimakamkan di makam Peneleh dan mayoritas orang Belanda.
Dengan gayanya yang mengandung unsur Belanda kuno, banyak orang mengunjungi Makam Peneleh untuk berwisata atau berfoto-foto. Untuk mendapat akses ke komplek pemakaman ini, dibutuhkan izin dari DKP Surabaya yang terletak di Jalan Raya Menur.
Pemakaman ini sudah dibangun sejak 1814. Oleh karena itu, Makam Peneleh menjadi salah satu makam tertua di Jawa Timur. Nama Peneleh sendiri muncul pada zaman Kerajaan Singosari. Peneleh merupakan tempat persemayam pangeran pilihan atau “pinilih” Putra Wisnu Wardhana, yang berpangkat setara dengan bupati. Wisnu Wardhana kemudian diangakat menjadi pemimpin di daerah antara Sungai Pengirian dan Kalimas.
5. Eks Pasar Turi Terbakar
Pasar Turi termasuk salah satu pasar tertua yang hingga kini masih eksis di Surabaya. Nama “Turi” dari pasar ini memiliki makna tersendiri. Nama tersebut diambil dari nama tanaman. Mengutip dari @surabaya_historical, dahulu kawasan Pasar Turi banyak ditumbuhi dengan tanaman Turi. Bunga dari tanaman Turi biasanya dimakan untuk lalapan.
Saat Jepang datang dan berkuasa, Pasar Turi menjadi pusat perdagangan barang bekas. Warga dari berbagai kawasan datang ke sana untuk menjual barangnya ke rombeng atau loak lalu menjualnya kembali ke Pasar Turi.
Pada 1942-1945, Pasar Turi dikenal sebagai pasar loak. Pasar Turi pun sempat beberapa kali kebakaran. Pada 1950, kebakaran menimpa Pasar Turi. Para pedagang mulai menjual berbagai barang baru seperti sabun, kain, kompor dan lain-lain.
Pasar Turi kembali kebakaran hebat pada 1978. Saat itu, kebakaran disebabkan meledaknya oven milik stand toko roti donat. Lalu pada 2007, Pasar Turi kembali alami kebakaran. Saat itu, kobaran api meludeskan 80 persen kios dari total 4.000 kios.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
https://ift.tt/37UTpPN
November 30, 2019 at 08:04AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/37UTpPN
via IFTTT
No comments:
Post a Comment